LAPORAN TETAP DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
PENILAIAN KERUSAKAN PENYAKIT TANAMAN
PARE (Momordica charabtia )
OLEH
:
DANY SETIAWAN
05111007041
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A..Latar
Belakang
1.Pengenalan Tanaman Pare
Tanaman pare (Momordica charabtia) merupakan
tanaman sayuran buah yang memiliki khasiat yang cukup banyak bagi kesehatan
manusia. Tanaman pare dapat mengobati berbagai macam penyakit seperti demam,
disentri, obat cacing, obat batuk, antimalaria, seriawan, penyembuh luka, dan
penambah nafsu makan, bahkan tanaman pare juga berkhasiat untuk menurunkan gula
darah.
Tanaman pare mudah dibudidayakan serta tumbuhnya tidak
tergantung musim. Sehingga tanaman pare dapat ditemukan tumbuh liar di tanah
terlantar, atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar, untuk
diambil buahnya. ditanam di lahan pekarangan, atau tegalan, atau di sawah bekas
padi sebagai penyelang pada musim kemarau. Melihat khasiat dan kegunaan yang
cukup banyak dari tanaman pare serta budidayanya yang tergolong mudah maka
budidaya tanaman pare perlu dilakukan. Tanaman pare sudah banyak dibudidayakan
di berbagai daerah di Indonesia. Umumnya, pembudidayaan dilakukan sebagai usaha
sampingan.
Tanaman pare merupakan tanaman sayuran
buah yang mempunyai nilai kegunaan yang cukup tinggi bagi
kesehatan manusia. Pare (Momordica charantia L.) bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang
beriklim panas (tropis) yaitu Assam dan Burma. Tingkat kesesuaian tumbuh tanaman pare yang cukup tinggi ini mengakibatkan tanaman pare dapat tumbuh dimana saja. Tanaman pare ini sangat mudah dibudidayakan dan tumbuhnya tidak
tergantung pada musim. Tanaman pare (paria) adalah
tanaman herba berumur satu tahun atau lebih yang tumbuh menjalar dan merambat. Mengingat
tanaman ini bukanlah tanaman asli Indonesia, maka
perlu diadakan suatu penelitian sederhana untuk melihat kadar air yang mana
yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan biji pare, karena mengingat tanaman pare
ini dapat tumbuh dimana saja dan tidak tergantung pada musim.
2.
Penyebaran dan Pemuliaan Tanaman Pare
Perkawinan silang antar spesies dan dalam spesies
memiliki beberapa perbedaan dalam tingkat keragaman genetik nantinya. Jenis perkawinan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sehingga dalam proses perkawinan
dalam tanaman atau sering disebut dengan penyerbukan diperlukan pengetahuan
khusus mengenai morfologi dan sifat-sifat pada bunga.
Pembungaan merupakan pertanda bahwa suatu tanaman
sedang berada dalam kondisi generatif. Dalam botani bunga merupakan salah satu
cara pengelompokan tanaman dalam taksonomi. Tanaman yang sedang berbunga
memiliki aktivitas metabolisme yang berbeda dengan tanaman yang berada dalam
fase vegetatifnya. Fase generatif tanaman tersebut lebih memfokuskan penggunaan
karbohidrat dan senyawa-senyawa lain bagi pembentukan biji.Kemampuan setiap
jenis tanaman untuk melakukan pembungaan berbeda baik dalam waktu pembungaan
maupun waktu masaknya benang sari dan kepala putik.
Tanaman paria/ pare (Momordica charantia) berasal dari kawasan Asia Tropis, namun belum
dipastikan sejak kapan tanaman ini masuk ke wilayah Indonesia. Saat ini tanaman
pare sudah dibudidayakan di berbagai daerah di wilayah Nusantara. Umumnya, pembudidayaan
dilakukan sebagai usaha sampingan. Pare ditanam di lahan pekarangan, atau
tegalan, atau di sawah bekas padi sebagai penyelang pada musim kemarau.
B. Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum penilaian kerusakan tanaman ini adalah untuk mengetahui
cara-cara pengendalian patogen penyakit tanaman dan mengetahui kelebihan dan
kelemahan-kelemahannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Pare
Dewasa ini hampir semua orang
mengenal pare, karena tanaman ini sudah ditanam oleh masyarakat luas. Pare (Momordica charantia L.) bukan tanaman asli
Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim panas (tropis).
Para ahli tanaman memastikan sentrum utama tanaman pare terdapat di Asia
tropis, terutama daerah India bagian barat, yaitu Assam dan Burma. Belum
ditemukan data atau informasi terinci kapan tanaman pare masuk ke Indonesia.
1.Sistematika
Tanaman Pare
Dalam ilmu tumbuhan (botani) kedudukan tanaman pare diklasifikasikan
sebagai berikut.
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan
berbiji)
Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping
dua)
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Spesies : Momordica charantina L.
Tanaman pare termasuk tumbuhan semusim (annual)
yang bersifat menjalar atau merambat. Struktur batangnya tidak berkayu,
mempunyai sulur-sulur pembelit yang berbentuk pilin. Batang tanaman pare dapat
mencapai panjang 5 meter dan berbentuk segi lima.
2. Ciri
Spesifik Tanaman Pare (Morfologi)
Daun pare berbentuk menjari dengan permukaan atas berwarna hijau tua dan
permukaan bawah hijau muda atau hijau kekuning-kuningan. Dari ketiak daun
tumbuh tangkai dan kuntum bunga yang berwarna kuning menyala, sebagaina bunga
jantan dan sebagian merupakan bunga betina. Bunga betina dapat menjadi buah
setelah mengalami proses penyerbukan.
Buah pare berbentuk bulat panjang, permukaan buah berbintil-bintil, daging
buahnya agak tebal, dan didalamnya terdapat sejumlah biji. Biji pare berbentuk
bulat, berkulit agak tebal dan keras, serta permukaannya tidak rata. Biji pare
dapat digunakan sebagai alat penyerbukan tanaman secara vegetatif (dalam
Rukmana, 1997:13).
3. Syarat Tumbuh Tanaman Pare
Pertumbuhan pada tanaman merupakan
proses bertambahnya ukuran dari kecil hingga sampai dewasa yang sifatnya kuantitatif,
artinya dapat kita ukur yang dapat dinyatakan dengan suatu bilangan, misalnya
tanaman pare umur 1 minggu tingginya 5 cm. Selain tumbuh, tanaman juga mengalami perkembangan yang ditandai dengan
tanaman menjadi dewasa yaitu dapat menghasilkan biji kembali. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan adalah suatu proses pertumbuhan ukuran dan volume serta jumlah sel secara irreversibel,
yaitu tidak dapat kembali ke bentuk semula (dalam
Budiyanto, 2011).
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan antara
lain umur, keadaan tanaman, faktor hereditas, dan zat pengatur tumbuh. Faktor
eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan adalah cahaya, temperature, kelembaban,
nutrisi atau garam-garam mineral, oksigen. Proses pertumbuhan akan menghasilkan
produk tanaman yaitu bagian tanaman yang dapat dipanen dalam perluasan tanah
pada satuan waktu tertentu (dalam Zulaikhah, 2011).
Pada umumnya, tanaman pare dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah sampai ketinggian 500 meter di
atas permukaan laut (dpl). Penanaman pare di dataran tinggi (pegunungan) sering
menghasilkan buah berukuran kecil-kecil dan tidak normal. Disamping faktor iklim,
lokasi penanaman pare harus memenuhi persyaratan faktor tanah yang memadai.
Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok bagi tanaman
pare. Meskipun demikian, tanah yang paling baik bagi tanaman pare adalah tanah
lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta tingkat kemasamannya (pH) antara 5-6 (dalam
Rukmana, 1997:25).
B.Penyakit Tanaman Pare
1.Hama Penyerang Tanaman Pare
Dalam pertanian, hama
adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik,
dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam
pertanian.
Berikut ini adalah macam-macam hama yang dapat menyerang tanaman pare beserta gejala dan penanganannya.
a. Ulat grayak yang menyerang daun.
Berikut ini adalah macam-macam hama yang dapat menyerang tanaman pare beserta gejala dan penanganannya.
a. Ulat grayak yang menyerang daun.
Ulat ini menyerang pada malam hari, sedangkan
pada siang hari ulat ini bersembunyi didalam tanah. Dalam kondisi serangan
berat semua daun pare bisa habis dimakannya, karena sifat hama ini adalah hamper
semua jenis daun dimakannya. Pemberantasan hama ini dapat dilakukan dengan cara
secara mekanis yaitu mengambil telur-telur yang baru menetas diambil
bersama-sama dengan daun yang menempel. Sedangkan penanganan secara biologis
yaitu dengan penyemprotan Bacillus thungiriensis atau Borelinevirus litura.
Penanganan secara kimia dengan menyemprotkan pestisida azodrin 2 cc/lt.
b. Lembing (epilachma sparsa).
b. Lembing (epilachma sparsa).
Gejala tanaman yang ini adalah daun pare yang
diserang hanya tersisa tulang daunnya saja, daun menjadi kering dan kecoklatan,
yang akhirnya produksi buah akan menurun. Hama ini berbentuk lembing bulat,
warnanya merah mempunyai bercak hitam sebanyak 12-26 buah. Cara pengendaliannya
antara lain dengan menangkap telur, larva dan lembing dengan tangan dan
dimatikan. memberantas dengan musuh alaminya, yaitu jenis tabuhan yang menjadi
parasit telur, larva dan pupa. Selain itu dilakukan rotasi tanaman dan
disemprot dengan insektisida.
c. Kumbang aulacophora silimis.
c. Kumbang aulacophora silimis.
Gejala
terserang kumbang ini yaitu tanaman menjadi layu karena jaringan akarnya dimakan
larva dan daunnya dimakan kumbang. Hama ini menyerang akar. Pengendalian secara
kimia yaitu dengan menyemprot insektisida curacon 500 EC. Pengendalian secara mekanik
yaitu dengan gropyokan.
d. Kepik leptoglossus australis.
d. Kepik leptoglossus australis.
Hama ini menyerang
buah. Gejalanya kualitas buah akan menurun, bekas serangan hama bisa ditumbuhi
cendawan nestopora, akhirnya buah menjadi busuk. Pengendalian kimia dengan
menyemprot racun kontak seperti azodrin dosis 2 cc/lt.
e. Lalat buah.
e. Lalat buah.
Gejalanya
adalah daging buah tidak dapat dimakan karena busuk dan berair dengan ratusan
belatung. Pengendalian dengan membungkus tanaman pare pada waktu berbuah,
menggunakan insect trap, mengadakan penyiangan dan pembubunan.
f. Siput (pamarion pupillaris humb).
f. Siput (pamarion pupillaris humb).
Gejala serangannya
yaitu tanaman terutama dipersemaian terkoyak, lalu mati. Pengendalian dengan
ditangkap secara langsung, atau diberantas menggunakan racun kontak mesurol
dengan bahan kimia methiocrab dengan dosis 2 gram/1 lt air.
2. Penyakit Pada Tanaman Pare.
Selain hama, berikut ini adalah penyakit yang terdapat dan dapat merusak tanaman pare, antara lain :
a. Penyakit embun tepung.
Gejala awalnya ditandai dengan adanya tepung putih pada daun terbawah. Daun yang terserang menjadi kuning, coklat, dan akhirnya mongering. Batang jg diserang tepung ini, batang dilapisi tepung. Tanaman akan lemah dan mati atau buahnya tidak normal. Penyebab gejala ini adalah cendawan Oidium sp.
Pengendalian dapat dilakukan dengan :
• Mengurangi kelembaban disekitar tanaman dengan cara pengaturan jarak tanam dan drainase yang baik.
• menyemprot fungisida sulfur dosis 2 g/liter
• menanam varietas yang resisten
• membuang bagian tanaman yang diserang.
b. Penyakit antraktosa.
Gejala penyakit ini daun bernoda hitam. Pada serangan berat batang dan buah juga diserang, dan serangan lebih berat jika terjadi pada musim hujan. Gejala penyakit ini disebabkan oleh cendawan collectrichum sp. Pengendalian dengan memusnahkan tanaman yang terserang, pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan fungisida benlate dengan dosis 2 gram/liter
c. Penyakit layu.
Gejala layu tampak pada ujung daun, kemudian seluruh daun akan mengkerut lalu mongering. Tanaman akan mati sejak beberapa saat terinfeksi. Menyerang tanaman bibit yang baru berkecambah, tanaman muda dan tanaman dewasa. Penyebab penyakit ini disebabkan oleh Fusarium sp.
Pengendalian dengan memusnahkan tanaman yang terserang, menyitam dengan larutan fungisida benlete 2gram/liter ke tanah bekas tanaman yang terkena penyakit dan menggunakan benih yang tahan terhadap serangan patogen.
d. Penyakit virus.
Gejalanya menyerang daun muda. Serangan virus ini menyerang pada saat tumbuh (bibit, tanaman muda dan tanaman yang sudah berbuah). Penyebab gejala tersebut adalah Cucumber mosaic virus (CMV).
Pengendaliannya antara lain :
• Dengan memusnahkan tanaman yang terserang.
• menyeleksi bibit yang akan di pidah tanam ke lapang.
• Memberantas vector virus (serangga)
2. Penyakit Pada Tanaman Pare.
Selain hama, berikut ini adalah penyakit yang terdapat dan dapat merusak tanaman pare, antara lain :
a. Penyakit embun tepung.
Gejala awalnya ditandai dengan adanya tepung putih pada daun terbawah. Daun yang terserang menjadi kuning, coklat, dan akhirnya mongering. Batang jg diserang tepung ini, batang dilapisi tepung. Tanaman akan lemah dan mati atau buahnya tidak normal. Penyebab gejala ini adalah cendawan Oidium sp.
Pengendalian dapat dilakukan dengan :
• Mengurangi kelembaban disekitar tanaman dengan cara pengaturan jarak tanam dan drainase yang baik.
• menyemprot fungisida sulfur dosis 2 g/liter
• menanam varietas yang resisten
• membuang bagian tanaman yang diserang.
b. Penyakit antraktosa.
Gejala penyakit ini daun bernoda hitam. Pada serangan berat batang dan buah juga diserang, dan serangan lebih berat jika terjadi pada musim hujan. Gejala penyakit ini disebabkan oleh cendawan collectrichum sp. Pengendalian dengan memusnahkan tanaman yang terserang, pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan fungisida benlate dengan dosis 2 gram/liter
c. Penyakit layu.
Gejala layu tampak pada ujung daun, kemudian seluruh daun akan mengkerut lalu mongering. Tanaman akan mati sejak beberapa saat terinfeksi. Menyerang tanaman bibit yang baru berkecambah, tanaman muda dan tanaman dewasa. Penyebab penyakit ini disebabkan oleh Fusarium sp.
Pengendalian dengan memusnahkan tanaman yang terserang, menyitam dengan larutan fungisida benlete 2gram/liter ke tanah bekas tanaman yang terkena penyakit dan menggunakan benih yang tahan terhadap serangan patogen.
d. Penyakit virus.
Gejalanya menyerang daun muda. Serangan virus ini menyerang pada saat tumbuh (bibit, tanaman muda dan tanaman yang sudah berbuah). Penyebab gejala tersebut adalah Cucumber mosaic virus (CMV).
Pengendaliannya antara lain :
• Dengan memusnahkan tanaman yang terserang.
• menyeleksi bibit yang akan di pidah tanam ke lapang.
• Memberantas vector virus (serangga)
BAB III
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
A.Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Lahan
Belakang Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya.
Adapun
praktikum ini dilaksanakan mulai tanggal 18 September – 14 Desember 2012.
B.Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah 1).Cangkul, 2).Arit, 3).Kayu Penopang Tanaman, 4).Alat
penyiraman, 5).Tempat penyemaian benih, 6).Tali rapiah (pembatas), 7). Kayu
atau tiang pembatas, 8).Papan Nama perkelompok dan individu.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah 1).Benih Pare bersertifikat, 2).Pupuk Kompos / pupuk
kandang, 3).Air, dan 4).Kapur (dolomite).
C.Cara Kerja
1.
Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan
guna melakukan pengamatan seperti alat tulis dan alat hitung.
2.
Amati buah tanaman pare perbatang
atau pertumbuhan, lalu catat berapa yang sakit dan berapa yang sehat buahnya.
3.
Lakukan hal tersebut sampai tanaman
atau tumbuhan yang kesepuluh atau semua tanaman.
4.
Setelah itu, jumlahkan total
keseluruhan buah tanaman pare yang sakit dan yang sehat, hitung kerusakan
mutlaknya.
5.
Pengamatan ini dilakukan selama dua
hari, lakukan hal tersebut seperti hari pertama dan jumlahkan total keseluruhan
buah yang sehat dan yang sakit.
6.
Hitung rerata kerusakkan mutlak yang
terjadi pada buah dari tanaman pare.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.Hasil
1.
Pengamatan hari pertama.
Diketahui : n = 11
N= 18
Dicari
Persentase intensitasnya (P)
2.
Pengamatan hari kedua.
Diketahui : n = 15
N= 25
Dicari
Persentase intensitasnya (P)
##Rata-Rata
Persentase :
2
2
P=
60,55%
B.Pembahasan
Tanaman pare (Momordica charabtia)
merupakan tanaman sayuran buah yang memiliki khasiat yang cukup banyak bagi
kesehatan manusia. Tanaman pare dapat mengobati berbagai macam penyakit seperti
demam, disentri, obat cacing, obat batuk, antimalaria, seriawan, penyembuh
luka, dan penambah nafsu makan, bahkan tanaman pare juga berkhasiat untuk
menurunkan gula darah.
Tanaman pare mudah dibudidayakan
serta tumbuhnya tidak tergantung musim. Sehingga tanaman pare dapat ditemukan
tumbuh liar di tanah terlantar, atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan
di pagar, untuk diambil buahnya. ditanam di lahan pekarangan, atau tegalan,
atau di sawah bekas padi sebagai penyelang pada musim kemarau. Melihat khasiat
dan kegunaan yang cukup banyak dari tanaman pare serta budidayanya yang
tergolong mudah maka budidaya tanaman pare perlu dilakukan. Tanaman pare sudah
banyak dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia. Umumnya, pembudidayaan
dilakukan sebagai usaha sampingan.
Pada praktikum penilaian kerusakan
pada tanaman pare ini didapatkan hasil yang begitu mengejutkan dimana dari
perkiraan sebelumnya bahwa tanaman pare yang ditanam akan berbuah banyak dan
bagus namun hal itu meleset dari apa yang diperkirakan. Hal ini dapat dilihat
pada pengamatan pertama tanaman pare hanya memiliki buah yang berjumlah total
dari keseluruhan yakni hanya 18 buah dengan 11 diantara buah tersebut terserang
hama penyakit tanaman yakni diantaranya lalat buah, bakteri, dan juga ada bekas
tusukan dari buah pare, sehingga mengakibatkan buah pare berwarna kuning
sebelum besar dan kecoklatan hingga
busuk dibagian dalamnya. Dalam perhitungan didapatkan hanya bernilai 61,11%
dari total keseluruhan buah pare yang bernilai rusak dan 38,89 % bernilai sehat
buahnya.
Sedangkan pada pengamatan kedua
didapatkan jumlah buah dari keseluruhannya berjumlah 25 buah dengan 15 diantaranya
adalah buah yang rusak karena serangan hama, serangan hama yang banyak terjadi
dihari kedua pengamatan ini adalah bekas tusukan dari mulut serangga dan lalat
buah yang menyebabkan buah tanaman pare kuning dan busuk. Pada pengamatan kedua
ini didapatkan perhitungan dari penilaian kerusakan yang terjadi pada buah
tanaman pare yang bernilai kerusakan mutlak adalah 60 %. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadinya penurunan sedikit yang terjadi pada pengamatan kedua ini
dengan 40 % nilai buah pare yang dinyatakan sehat.
Dan dari keseluruhan pengamatan
pertama dan kedua maka didapatkan nilai rata-rata dari penilaian kerusakan buah
tanaman pare adalah bernilai 60,55 %.
Hal ini menunjukkan betapa besar nilai kerusakan yang
terjadi pada buah tanaman pare tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang didapat dari pelaksanaan praktikum ini adalah:
- Tanaman
pare (Momordica charabtia) merupakan tanaman sayuran buah yang
memiliki khasiat yang cukup banyak bagi kesehatan manusia.
- tanaman pare dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah sampai ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (dpl). Penanaman pare di dataran tinggi (pegunungan) sering menghasilkan buah berukuran kecil-kecil dan tidak normal. Disamping faktor iklim, lokasi penanaman pare harus memenuhi persyaratan faktor tanah yang memadai
- Adapun
hama penyerang tanaman pare adalah Ulat grayak, Lembing, lalat buah,
kumbang, siput dan sebagainya
- Cara mengatasinya dengan menggunakan pengendalian hayati dan penyemprot khusus untuk membunuh hama tersebut.
B.Saran
Untuk
praktikum penilaian kerusakan pada tanaman ini diharapkan kepada seluruh
praktikan agar lebih serius dalam melakukan praktikum ini mengingat praktikum
ini dilakukan selama hampir tiga bulan untuk melihat hasilnya akibat serangan
ham dan penyakit baik pada buah,daun,maupun tanaman secara keseluruhan agar
hasil yang didapat sesuai dengan data dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim A. 2011. Pare.http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92.
Diakses tanggal 19 Maret 2011 pada pukul 19.44 wib.
Anonim B. 2011. Peria.http://id.wikipedia.org/wiki/Peria. Diakses tanggal 19
Maret 2011 pada pukul 19.37 wib.
Anonim C. 2008. http://fufoe.wordpress.com/2008/05/28/biologi-bunga/.
Diakses tanggal 19 Maret 2011 pada pukul 20.07 wib.
Daryanto dan Siti
Satifah. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga Dan Teknik Penyerbukan Silang
Buatan. Gramedia, Jakarta. 154 halaman
Budiyanto, 2011. “Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan”. Tersedia pada http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-xii- biologi/pengertian-pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan/ (diakses pada tanggal 3
Maret 2012).
Rukmana, Rahmat. 1997. Budidaya Pare.
Yogyakarta: Kanisius.
Zulaikhah, Siti. 2011. “Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pare”. Tersedia pada http://eprints.undip.ac.id/32170/6/B05_Siti_Zulaikhah_chapter_II.pdf (diakses pada tanggal 3 Maret
2012).
0 komentar:
إرسال تعليق