Labels

entri terbaru

2013-01-28

LAPORAN TETAP DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (PARE)


LAPORAN TETAP DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

PENILAIAN KERUSAKAN PENYAKIT TANAMAN

PARE (Momordica charabtia )

 



OLEH :

DANY SETIAWAN

05111007041

 

  

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDERALAYA

2012
 
 
 
 

BAB I

PENDAHULUAN 

A..Latar Belakang

1.Pengenalan Tanaman Pare

Tanaman pare (Momordica charabtia) merupakan tanaman sayuran buah yang memiliki khasiat yang cukup banyak bagi kesehatan manusia. Tanaman pare dapat mengobati berbagai macam penyakit seperti demam, disentri, obat cacing, obat batuk, antimalaria, seriawan, penyembuh luka, dan penambah nafsu makan, bahkan tanaman pare juga berkhasiat untuk menurunkan gula darah.

Tanaman pare mudah dibudidayakan serta tumbuhnya tidak tergantung musim. Sehingga tanaman pare dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar, untuk diambil buahnya. ditanam di lahan pekarangan, atau tegalan, atau di sawah bekas padi sebagai penyelang pada musim kemarau. Melihat khasiat dan kegunaan yang cukup banyak dari tanaman pare serta budidayanya yang tergolong mudah maka budidaya tanaman pare perlu dilakukan. Tanaman pare sudah banyak dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia. Umumnya, pembudidayaan dilakukan sebagai usaha sampingan.

Tanaman pare merupakan tanaman sayuran buah yang mempunyai nilai kegunaan yang cukup tinggi bagi kesehatan manusia. Pare (Momordica charantia L.) bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim panas (tropis) yaitu Assam dan Burma. Tingkat kesesuaian tumbuh tanaman pare  yang cukup tinggi ini mengakibatkan tanaman pare dapat tumbuh dimana saja. Tanaman pare ini sangat mudah dibudidayakan dan tumbuhnya tidak tergantung pada musim. Tanaman pare (paria) adalah tanaman herba berumur satu tahun atau lebih yang tumbuh menjalar dan merambat. Mengingat tanaman ini bukanlah tanaman asli Indonesia, maka perlu diadakan suatu penelitian sederhana untuk melihat kadar air yang mana yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan biji pare, karena mengingat tanaman pare ini dapat tumbuh dimana saja dan tidak tergantung pada musim.


2. Penyebaran dan Pemuliaan Tanaman Pare

Perkawinan silang antar spesies dan dalam spesies memiliki beberapa perbedaan dalam tingkat keragaman genetik nantinya. Jenis perkawinan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sehingga dalam proses perkawinan dalam tanaman atau sering disebut dengan penyerbukan diperlukan pengetahuan khusus mengenai morfologi dan sifat-sifat pada bunga.

Pembungaan merupakan pertanda bahwa suatu tanaman sedang berada dalam kondisi generatif. Dalam botani bunga merupakan salah satu cara pengelompokan tanaman dalam taksonomi. Tanaman yang sedang berbunga memiliki aktivitas metabolisme yang berbeda dengan tanaman yang berada dalam fase vegetatifnya. Fase generatif tanaman tersebut lebih memfokuskan penggunaan karbohidrat dan senyawa-senyawa lain bagi pembentukan biji.Kemampuan setiap jenis tanaman untuk melakukan pembungaan berbeda baik dalam waktu pembungaan maupun waktu masaknya benang sari dan kepala putik.

Tanaman paria/ pare (Momordica charantia) berasal dari kawasan Asia Tropis, namun belum dipastikan sejak kapan tanaman ini masuk ke wilayah Indonesia. Saat ini tanaman pare sudah dibudidayakan di berbagai daerah di wilayah Nusantara. Umumnya, pembudidayaan dilakukan sebagai usaha sampingan. Pare ditanam di lahan pekarangan, atau tegalan, atau di sawah bekas padi sebagai penyelang pada musim kemarau.

B. Tujuan

            Adapun tujuan dari praktikum penilaian kerusakan tanaman ini adalah untuk mengetahui cara-cara pengendalian patogen penyakit tanaman dan mengetahui kelebihan dan kelemahan-kelemahannya.

 
 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
 

A.  Tanaman Pare

Dewasa ini hampir  semua orang mengenal pare, karena tanaman ini sudah ditanam oleh masyarakat luas.  Pare (Momordica charantia L.) bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim panas (tropis). Para ahli tanaman memastikan sentrum utama tanaman pare terdapat di Asia tropis, terutama daerah India bagian barat, yaitu Assam dan Burma. Belum ditemukan data atau informasi terinci kapan tanaman pare masuk ke Indonesia.

1.Sistematika Tanaman Pare

Dalam ilmu tumbuhan (botani) kedudukan tanaman pare diklasifikasikan sebagai berikut.

            Kingdom         : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

            Divisi               : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

            Sub-divisi        : Angiospermae (berbiji tertutup)

            Kelas               : Dicotyledoneae (biji berkeping dua)

            Ordo                : Cucurbitales

            Famili              : Cucurbitaceae

            Genus              : Momordica

            Spesies            : Momordica charantina L.

Tanaman pare termasuk tumbuhan semusim (annual) yang bersifat menjalar atau merambat. Struktur batangnya tidak berkayu, mempunyai sulur-sulur pembelit yang berbentuk pilin. Batang tanaman pare dapat mencapai panjang 5 meter dan berbentuk segi lima.

2. Ciri Spesifik Tanaman Pare (Morfologi)

Daun pare berbentuk menjari dengan permukaan atas berwarna hijau tua dan permukaan bawah hijau muda atau hijau kekuning-kuningan. Dari ketiak daun tumbuh tangkai dan kuntum bunga yang berwarna kuning menyala, sebagaina bunga jantan dan sebagian merupakan bunga betina. Bunga betina dapat menjadi buah setelah mengalami proses penyerbukan.

Buah pare berbentuk bulat panjang, permukaan buah berbintil-bintil, daging buahnya agak tebal, dan didalamnya terdapat sejumlah biji. Biji pare berbentuk bulat, berkulit agak tebal dan keras, serta permukaannya tidak rata. Biji pare dapat digunakan sebagai alat penyerbukan tanaman secara vegetatif (dalam Rukmana, 1997:13).

3. Syarat Tumbuh Tanaman Pare

Pertumbuhan pada tanaman merupakan proses bertambahnya ukuran dari kecil hingga sampai dewasa yang sifatnya kuantitatif, artinya dapat kita ukur yang dapat dinyatakan dengan suatu bilangan, misalnya tanaman pare umur 1 minggu tingginya 5 cm. Selain tumbuh, tanaman juga mengalami perkembangan yang ditandai dengan tanaman menjadi dewasa yaitu dapat menghasilkan biji kembali. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan adalah suatu proses pertumbuhan ukuran dan volume serta jumlah sel secara irreversibel, yaitu tidak dapat kembali ke bentuk semula (dalam Budiyanto, 2011).

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain umur, keadaan tanaman, faktor hereditas, dan zat pengatur tumbuh. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan adalah cahaya, temperature, kelembaban, nutrisi atau garam-garam mineral, oksigen. Proses pertumbuhan akan menghasilkan produk tanaman yaitu bagian tanaman yang dapat dipanen dalam perluasan tanah pada satuan waktu tertentu (dalam Zulaikhah, 2011).

Pada umumnya, tanaman pare dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah sampai ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (dpl). Penanaman pare di dataran tinggi (pegunungan) sering menghasilkan buah berukuran kecil-kecil dan tidak normal. Disamping faktor iklim, lokasi penanaman pare harus memenuhi persyaratan faktor tanah yang memadai. Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok bagi tanaman pare. Meskipun demikian, tanah yang paling baik bagi tanaman pare adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta tingkat kemasamannya (pH) antara 5-6 (dalam Rukmana, 1997:25).


B.Penyakit Tanaman Pare

1.Hama Penyerang Tanaman Pare

Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.
Berikut ini adalah macam-macam hama yang dapat menyerang tanaman pare beserta gejala dan penanganannya.
a. Ulat grayak yang menyerang daun.

 Ulat ini menyerang pada malam hari, sedangkan pada siang hari ulat ini bersembunyi didalam tanah. Dalam kondisi serangan berat semua daun pare bisa habis dimakannya, karena sifat hama ini adalah hamper semua jenis daun dimakannya. Pemberantasan hama ini dapat dilakukan dengan cara secara mekanis yaitu mengambil telur-telur yang baru menetas diambil bersama-sama dengan daun yang menempel. Sedangkan penanganan secara biologis yaitu dengan penyemprotan Bacillus thungiriensis atau Borelinevirus litura. Penanganan secara kimia dengan menyemprotkan pestisida azodrin 2 cc/lt.
b. Lembing (epilachma sparsa).

 Gejala tanaman yang ini adalah daun pare yang diserang hanya tersisa tulang daunnya saja, daun menjadi kering dan kecoklatan, yang akhirnya produksi buah akan menurun. Hama ini berbentuk lembing bulat, warnanya merah mempunyai bercak hitam sebanyak 12-26 buah. Cara pengendaliannya antara lain dengan menangkap telur, larva dan lembing dengan tangan dan dimatikan. memberantas dengan musuh alaminya, yaitu jenis tabuhan yang menjadi parasit telur, larva dan pupa. Selain itu dilakukan rotasi tanaman dan disemprot dengan insektisida.
c. Kumbang aulacophora silimis.

Gejala terserang kumbang ini yaitu tanaman menjadi layu karena jaringan akarnya dimakan larva dan daunnya dimakan kumbang. Hama ini menyerang akar. Pengendalian secara kimia yaitu dengan menyemprot insektisida curacon 500 EC. Pengendalian secara mekanik yaitu dengan gropyokan.
d. Kepik leptoglossus australis.

Hama ini menyerang buah. Gejalanya kualitas buah akan menurun, bekas serangan hama bisa ditumbuhi cendawan nestopora, akhirnya buah menjadi busuk. Pengendalian kimia dengan menyemprot racun kontak seperti azodrin dosis 2 cc/lt.
e. Lalat buah.

Gejalanya adalah daging buah tidak dapat dimakan karena busuk dan berair dengan ratusan belatung. Pengendalian dengan membungkus tanaman pare pada waktu berbuah, menggunakan insect trap, mengadakan penyiangan dan pembubunan.
f. Siput (pamarion pupillaris humb).

Gejala serangannya yaitu tanaman terutama dipersemaian terkoyak, lalu mati. Pengendalian dengan ditangkap secara langsung, atau diberantas menggunakan racun kontak mesurol dengan bahan kimia methiocrab dengan dosis 2 gram/1 lt air.

2. Penyakit Pada Tanaman Pare.
Selain hama, berikut ini adalah penyakit yang terdapat dan dapat merusak tanaman pare, antara lain :
a. Penyakit embun tepung.
Gejala awalnya ditandai dengan adanya tepung putih pada daun terbawah. Daun yang terserang menjadi kuning, coklat, dan akhirnya mongering. Batang jg diserang tepung ini, batang dilapisi tepung. Tanaman akan lemah dan mati atau buahnya tidak normal. Penyebab gejala ini adalah cendawan Oidium sp.

Pengendalian dapat dilakukan dengan :
• Mengurangi kelembaban disekitar tanaman dengan cara pengaturan jarak tanam dan drainase yang baik.
• menyemprot fungisida sulfur dosis 2 g/liter
• menanam varietas yang resisten
• membuang bagian tanaman yang diserang.
b. Penyakit antraktosa.
Gejala penyakit ini daun bernoda hitam. Pada serangan berat batang dan buah juga diserang, dan serangan lebih berat jika terjadi pada musim hujan. Gejala penyakit ini disebabkan oleh cendawan collectrichum sp. Pengendalian dengan memusnahkan tanaman yang terserang, pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan fungisida benlate dengan dosis 2 gram/liter
c. Penyakit layu.
Gejala layu tampak pada ujung daun, kemudian seluruh daun akan mengkerut lalu mongering. Tanaman akan mati sejak beberapa saat terinfeksi. Menyerang tanaman bibit yang baru berkecambah, tanaman muda dan tanaman dewasa. Penyebab penyakit ini disebabkan oleh Fusarium sp.
Pengendalian dengan memusnahkan tanaman yang terserang, menyitam dengan larutan fungisida benlete 2gram/liter ke tanah bekas tanaman yang terkena penyakit dan menggunakan benih yang tahan terhadap serangan patogen.
d. Penyakit virus.
Gejalanya menyerang daun muda. Serangan virus ini menyerang pada saat tumbuh (bibit, tanaman muda dan tanaman yang sudah berbuah). Penyebab gejala tersebut adalah Cucumber mosaic virus (CMV).
Pengendaliannya antara lain :
• Dengan memusnahkan tanaman yang terserang.
• menyeleksi bibit yang akan di pidah tanam ke lapang.
• Memberantas vector virus (serangga)

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM 

A.Tempat dan Waktu

            Praktikum ini dilaksanakan di Lahan Belakang Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

Adapun praktikum ini dilaksanakan mulai tanggal 18 September – 14 Desember 2012.

B.Alat dan Bahan

            Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 1).Cangkul, 2).Arit, 3).Kayu Penopang Tanaman, 4).Alat penyiraman, 5).Tempat penyemaian benih, 6).Tali rapiah (pembatas), 7). Kayu atau tiang pembatas, 8).Papan Nama perkelompok dan individu.

            Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 1).Benih Pare bersertifikat, 2).Pupuk Kompos / pupuk kandang, 3).Air, dan 4).Kapur (dolomite).

C.Cara Kerja

1.      Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan guna melakukan pengamatan seperti alat tulis dan alat hitung.

2.      Amati buah tanaman pare perbatang atau pertumbuhan, lalu catat berapa yang sakit dan berapa yang sehat buahnya.

3.      Lakukan hal tersebut sampai tanaman atau tumbuhan yang kesepuluh atau semua tanaman.

4.      Setelah itu, jumlahkan total keseluruhan buah tanaman pare yang sakit dan yang sehat, hitung kerusakan mutlaknya.

5.      Pengamatan ini dilakukan selama dua hari, lakukan hal tersebut seperti hari pertama dan jumlahkan total keseluruhan buah yang sehat dan yang sakit.

6.      Hitung rerata kerusakkan mutlak yang terjadi pada buah dari tanaman pare.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN
 

A.Hasil
1. Pengamatan hari pertama.                                      

Diketahui        : n = 11

                          N= 18

Dicari Persentase intensitasnya (P)

2. Pengamatan hari kedua.

Diketahui        : n = 15

                          N= 25

Dicari Persentase intensitasnya (P)

##Rata-Rata Persentase :

P= Persentase Intensitas 1 + Persentase Intensitas 2

                                          2

P= 61,11% + 60%

                2

P= 60,55%

B.Pembahasan

Tanaman pare (Momordica charabtia) merupakan tanaman sayuran buah yang memiliki khasiat yang cukup banyak bagi kesehatan manusia. Tanaman pare dapat mengobati berbagai macam penyakit seperti demam, disentri, obat cacing, obat batuk, antimalaria, seriawan, penyembuh luka, dan penambah nafsu makan, bahkan tanaman pare juga berkhasiat untuk menurunkan gula darah.

Tanaman pare mudah dibudidayakan serta tumbuhnya tidak tergantung musim. Sehingga tanaman pare dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar, untuk diambil buahnya. ditanam di lahan pekarangan, atau tegalan, atau di sawah bekas padi sebagai penyelang pada musim kemarau. Melihat khasiat dan kegunaan yang cukup banyak dari tanaman pare serta budidayanya yang tergolong mudah maka budidaya tanaman pare perlu dilakukan. Tanaman pare sudah banyak dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia. Umumnya, pembudidayaan dilakukan sebagai usaha sampingan.

Pada praktikum penilaian kerusakan pada tanaman pare ini didapatkan hasil yang begitu mengejutkan dimana dari perkiraan sebelumnya bahwa tanaman pare yang ditanam akan berbuah banyak dan bagus namun hal itu meleset dari apa yang diperkirakan. Hal ini dapat dilihat pada pengamatan pertama tanaman pare hanya memiliki buah yang berjumlah total dari keseluruhan yakni hanya 18 buah dengan 11 diantara buah tersebut terserang hama penyakit tanaman yakni diantaranya lalat buah, bakteri, dan juga ada bekas tusukan dari buah pare, sehingga mengakibatkan buah pare berwarna kuning sebelum besar  dan kecoklatan hingga busuk dibagian dalamnya. Dalam perhitungan didapatkan hanya bernilai 61,11% dari total keseluruhan buah pare yang bernilai rusak dan 38,89 % bernilai sehat buahnya.

Sedangkan pada pengamatan kedua didapatkan jumlah buah dari keseluruhannya berjumlah 25 buah dengan 15 diantaranya adalah buah yang rusak karena serangan hama, serangan hama yang banyak terjadi dihari kedua pengamatan ini adalah bekas tusukan dari mulut serangga dan lalat buah yang menyebabkan buah tanaman pare kuning dan busuk. Pada pengamatan kedua ini didapatkan perhitungan dari penilaian kerusakan yang terjadi pada buah tanaman pare yang bernilai kerusakan mutlak adalah 60 %. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya penurunan sedikit yang terjadi pada pengamatan kedua ini dengan 40 % nilai buah pare yang dinyatakan sehat.

Dan dari keseluruhan pengamatan pertama dan kedua maka didapatkan nilai rata-rata dari penilaian kerusakan buah tanaman pare adalah bernilai 60,55 %.

Hal ini menunjukkan betapa besar nilai kerusakan yang terjadi pada buah tanaman pare tersebut.

 

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
 

A.Kesimpulan

            Adapun kesimpulan yang didapat dari pelaksanaan praktikum ini adalah:

  1. Tanaman pare (Momordica charabtia) merupakan tanaman sayuran buah yang memiliki khasiat yang cukup banyak bagi kesehatan manusia.
  2. tanaman pare dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah sampai ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (dpl). Penanaman pare di dataran tinggi (pegunungan) sering menghasilkan buah berukuran kecil-kecil dan tidak normal. Disamping faktor iklim, lokasi penanaman pare harus memenuhi persyaratan faktor tanah yang memadai
  3. Adapun hama penyerang tanaman pare adalah Ulat grayak, Lembing, lalat buah, kumbang, siput dan sebagainya
  4. Cara mengatasinya dengan menggunakan pengendalian hayati dan penyemprot khusus untuk membunuh hama tersebut.

B.Saran

            Untuk praktikum penilaian kerusakan pada tanaman ini diharapkan kepada seluruh praktikan agar lebih serius dalam melakukan praktikum ini mengingat praktikum ini dilakukan selama hampir tiga bulan untuk melihat hasilnya akibat serangan ham dan penyakit baik pada buah,daun,maupun tanaman secara keseluruhan agar hasil yang didapat sesuai dengan data dilapangan.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Anonim A. 2011. Pare.http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92. Diakses tanggal 19 Maret 2011 pada pukul 19.44 wib.


Anonim C. 2008. http://fufoe.wordpress.com/2008/05/28/biologi-bunga/. Diakses tanggal 19 Maret 2011 pada pukul 20.07 wib.


Daryanto dan Siti Satifah. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga Dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia, Jakarta. 154 halaman

Budiyanto, 2011. “Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan”.         Tersedia pada http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-xii-   biologi/pengertian-pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan/ (diakses             pada tanggal 3 Maret 2012).

Rukmana, Rahmat. 1997. Budidaya Pare. Yogyakarta: Kanisius.

Zulaikhah, Siti. 2011. “Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan     Produksi Tanaman Pare”. Tersedia pada             http://eprints.undip.ac.id/32170/6/B05_Siti_Zulaikhah_chapter_II.pdf        (diakses pada tanggal 3 Maret 2012).

0 komentar:

إرسال تعليق