Labels

entri terbaru

2013-01-28

LAPORAN TETAP TEKNOLOGI PERTANIAN (traktor)

LAPORAN TETAP
PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN
“FIELD TRIP PAGAR ALAM”



OLEH :
FERDY HIRAWAN

05091002025



JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2010

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN




Oleh  :

Ferdy Hirawan / 05091002025



Sebagai salah satu syarat untuk  lulus dalam mata kuliah  pengantar teknologi pertanian  pada tingkat semester genap.


Pada


Program Studi Teknologi Pertanian

Fakultas Pertanian



FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2010


LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN


Oleh  :

Ferdy Hirawan / 05091002025



Sebagai salah satu syarat untuk  lulus dalam mata kuliah pengantar teknologi pertanian pada tingkat semester genap.



Indralaya,  2 Juni 2010

Jurusan Teknologi pertanian

Fakultas pertanian

Universitas Sriwijaya


Koordinator Praktikum                                                           Koodinator Asisten


Prof. Dr. Ir. Amin Rejo, M.P                                                Muhammad Zainuddin     

     196012021986031003                                                             05071006027                    



KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan laporan kunjungan lapangan ini dengan baik.

            Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Prof. Ir. Amin Rejo, MP dan Dr. Ir. Hersyamsi, M.Agr sebagai Dosen pembimbing mata kuliah Pengantar Teknologi Pertanian, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan pengarahan serta bimbingan selama kunjungan lapangan ini berlangsung. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada para asisten yang telah membantu para praktikan dalam menjalankan kunjungan lapangan ini.

            Akhirnya penulis berharap semoga laporan kunjungan lapangan ini dapat berguna bagi kita semua.


                                                                                                            Inderalaya,  Juni 2010


      Ferdy Hirawan


DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................. 2

Daftar Isi ....................................................................................................................... 3

Bab I. Pendahuluan ....................................................................................................... 4

Bab II. Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 6

Bab III. Metodologi ...................................................................................................... 16

Bab IV. Pembahasan ..................................................................................................... 18

Bab V. Kesimpulan dan Saran ...................................................................................... 36

Daftar Pustaka .............................................................................................................. 37

Lampiran Gambar ......................................................................................................... 38



BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

            Pertanian merupakan sumber dari segala kehidupan dan bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian memaksa suatu kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian mendorong kemunculan peradaban. Terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan, pengembangan alat-alat pendukung kehidupan, dan juga kesenian akibat diadopsinya teknologi pertanian. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris.

Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa revolusi yang besar dalam kehidupan manusia sebelum revolusi industri. Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan pertama yang dialami manusia.

Agak sulit membuat suatu garis sejarah pertanian dunia, karena setiap bagian dunia memiliki perkembangan penguasaan teknologi pertanian yang berbeda-beda. Di beberapa bagian Afrika atau Amerika masih dijumpai masyarakat yang semi-nomaden (setengah pengembara), yang telah mampu melakukan kegiatan peternakan atau bercocok tanam, namun tetap berpindah-pindah demi menjaga pasokan pangan. Sementara itu, di Amerika Utara dan Eropa traktor-traktor besar yang ditangani oleh satu orang telah mampu mendukung penyediaan pangan ratusan orang.

Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Maka tidak heran jika pertanian di Indonesia menjadi mata pencaharian banyak orang.

Pertanian tidak terlepas dari teknologi pertanian, yang akan meningkatkan kualitas dan kuantitas pertanian. Teknologi pertanian merupakan penerapan prinsip-prinsip matematika dan ilmu pengetahuan alam dalam rangka pendayagunaan secara ekonomis sumberdaya pertanian dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan manusia.

Falsafahnya teknologi pertanian merupakan praktik-empirik yang bersifat pragmatik finalistik, dilandasi paham mekanistik-vitalistik dengan penekanan pada objek formal kerekayasaan dalam pembuatan dan penerapan peralatan, bangunan, lingkungan, sistem produksi serta pengolahan dan pengamanan hasil produksi. Objek formal dalam ilmu pertanian budidaya reproduksi berada dalam fokus budidaya, pemeliharaan, pemungutan hasil dari flora dan fauna, peningkatan mutu hasil panen yang diperoleh, penanganan, pengolahan dan pengamanan serta pemasaran hasil. Oleh sebab itu, secara luas cakupan teknologi pertanian meliputi berbagai penerapan ilmu teknik pada cakupan objek formal dari budidaya sampai pemasaran.

B. Tujuan

Tujuan diadakannya kuliah lapangan ini adalah agar mahasiswa dapat terjun langsung dalam menerapkan teori yang didapatkan pada mata kuliah pengantar teknologi pertanian dan lebih memahami teknologi pertanian di kehidupan nyata.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kopi

            Ketika mendengar kata kopi, yang ada dibenak kita adalah secangkir minuman hitam panas yang membuat mata terbuka lebar dan membuka pagi yang cerah. Tetapi tahukah kita darimana asalnya kopi tersebut dan bagaimana proses pembuatannya?

Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab qahwah yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata koffie segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini.

Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik) dan robusta. Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya. Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler).

Era penemuan biji kopi dimulai sekitar tahun 800 SM. Pada saat itu, banyak orang di Benua Afrika, terutama bangsa Etiopia, yang mengonsumsi biji kopi yang dicampurkan dengan lemak hewan dan anggur untuk memenuhi kebutuhan protein dan energi tubuh. Penemuan kopi sendiri terjadi secara tidak sengaja ketika penggembala bernama Khalid mengamati kawanan kambing gembalaannya yang tetap terjaga bahkan setelah matahari terbenam setelah memakan sejenis beri-berian. Ia pun mencoba memasak dan memakannya. Kebiasaan ini kemudian terus berkembang dan menyebar ke berbagai negara di Afrika, namun metode penyajiannya masih menggunkan metode konvensional. Barulah beberapa ratus tahun kemudian biji kopi ini dibawa melewati Laut Merah dan tiba di Arab dengan metode penyajian yang lebih maju.

Bangsa Arab yang memiliki peradaban yang lebih maju daripada bangsa Afrika saat itu, tidak hanya memasak biji kopi, tetapi juga direbus untuk diambil sarinya. Pada abad ke-13, umat Muslim banyak mengkonsumsi minuman kopi ini agar para pemuja tetap terjaga. Kepopuleran kopi pun turut meningkat seiring dengan penyebaran agama Islam pada saat itu hingga mencapai daerah Afrika Utara, Mediterania, dan India.

Pada masa ini, belum ada budidaya tanaman kopi di luar daerah Arab karena bangsa Arab selalu mengekspor biji kopi yang infertil (tidak subur) dengan cara memasak dan mengeringkannya terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan budidaya tanaman kopi tidak memungkinkan. Barulah pada tahun 1600-an, seorang peziarah India bernama Baba Budan berhasil membawa biji kopi fertil keluar dari Mekah dan menumbuhkannya di berbagai daerah di luar Arab.

Dari sekian banyak jenis biji kopi yang dijual di pasaran, hanya terdapat 2 jenis varietas utama, yaitu kopi arabika (Coffea arabica) dan robusta (Coffea robusta). Masing-masing jenis kopi ini memiliki keunikannya masing-masing dan pasarnya sendiri.

Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisional dengan cita rasa terbaik. Sebagian besar kopi yang ada dibuat dengan menggunakan biji kopi jenis ini. Kopi ini berasal dari Etiopia dan sekarang telah dibudidayakan di berbagai belahan dunia, mulai dari Amerika Latin, Afrika Tengah, Afrika Timur, India, dan Indonesia. Secara umum, kopi ini tumbuh di negara-negara beriklim tropis atau subtropis. Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya baik. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-26 oC. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap.

Kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898. Kopi robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam, dan mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih banyak. Selain itu, cakupan daerah tumbuh kopi robusta lebih luas daripada kopi arabika yang harus ditumbuhkan pada ketinggian tertentu.

Kopi robusta dapat ditumbuhkan dengan ketinggian 800 m di atas permukaan laut. Selain itu, kopi jenis ini lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini menjadikan kopi robusta lebih murah. Kopi robusta banyak ditumbuhkan di Afrika Barat, Afrika Tengah, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan.

Jenis kopi yang lain merupakan turunan atau subvarietas dari kopi arabika dan robusta. Biasanya disetiap daerah penghasil kopi memiliki keunikannya masing-masing dan menjadikannya sebagai suatu subvarietas. Salah satu jenis kopi lain yang terkenal adalah kopi luwak asli Indonesia.

Kopi luwak merupakan kopi dengan harga jual tertinggi di dunia. Proses terbentuknya dan rasanya yang sangat unik menjadi alasan utama tingginya harga jual kopi jenis ini.Pada dasarnya, kopi ini merupakan kopi jenis arabika. Biji kopi ini kemudian dimakan oleh luwak atau sejenis musang. Akan tetapi, tidak semua bagian biji kopi ini dapat dicerna oleh hewan ini. Bagian dalam biji ini kemudian akan keluar bersama kotorannya. Karena telah bertahan lama di dalam saluran pencernaan luwak, biji kopi ini telah mengalami fermentasi singkat oleh bakteri alami di dalam perutnya yang memberikan cita rasa tambahan yang unik.

Minuman kopi yang ada saat ini sangatlah beragam jenisnya. Masing-masing jenis kopi yang ada memiliki proses penyajian dan pengolahan yang unik. Berikut ini adalah beberapa contoh minuman kopi yang umum dijumpai: Kopi hitam, merupakan hasil ektraksi langsung dari perebusan biji kopi yang disajikan tanpa penambahan perisa apapun.
  • Espresso, merupakan kopi yang dibuat dengan mengekstraksi biji kopi menggunakan uap panas pada tekanan tinggi.
  • Latte (coffee latte), merupakan sejenis kopi espresso yang ditambahkan susu dengan rasio antara susu dan kopi 3:1.
  • Café au lait, serupa dengan caffe latte tetapi menggunakan campuran kopi hitam.
  • Caffè macchiato, merupakan kopi espresso yang ditambahkan susu dengan rasio antara kopi dan susu 4:1.
  • Cappuccino, merupakan kopi dengan penambahan susu, krim, dan serpihan cokelat.
  • Dry cappuccino, merupakan cappuccino dengan sedikit krim dan tanpa susu.
  • Frappé, merupakan espresso yang disajikan dingin.
  • Kopi instan, berasal dari biji kopi yang dikeringkan dan digranulasi.
  • Kopi irlandia (irish coffee), merupakan kopi yang dicampur dengan wiski.
  • Kopi tubruk, kopi asli Indonesia yang dibuat dengan memasak biji kopi bersama dengan gula.
  • Melya, sejenis kopi dengan penambahan bubuk cokelat dan madu.
  • Kopi moka, serupa dengan cappuccino dan latte, tetapi dengan penambahan sirup cokelat.
  • Oleng, kopi khas Thailand yang dimasak dengan jagung, kacang kedelai, dan wijen.

Pembuatan minuman kopi


Kopi akan menjalani serangkaian proses pengolahan yang panjang dari biji kopi untuk menjadi minuman kopi. Berbagai metode pengolahan biji kopi telah dicoba untuk menghasilkan minuman kopi terbaik. Dalam hal ini, proses penanaman juga turut berperan dalam menciptakan cita rasa kopi yang baik.

Pemanenan dan pemisahan cangkang


Tanaman kopi selalu berdaun hijau sepanjang tahun dan berbunga putih. Bunga ini kemudian akan menghasilkan buah yang mirip dengan ceri terbungkus dengan cangkang yang keras. Hasil dari pembuahan di bunga inilah yang disebut dengan biji kopi. Pemanenan biji kopi biasanya dilakukan secara manual dengan tangan. Pada tahap selanjutnya, biji kopi yang telah dipanen ini akan dipisahkan cangkangnya.

Terdapat dua metode yang umum dipakai, yaitu dengan pengeringan dan penggilingan dengan mesin. Pada kondisi daerah yang kering biasanya digunakan metode pengeringan langsung di bawah sinar matahari. Setelah kering maka cangkang biji kopi akan lebih mudah untuk dilepaskan. Di Indonesia, biji kopi dikeringkan hingga kadar air tersisa hanya 30-35%. Metode lainnya adalah dengan menggunkan mesin. Sebelum digiling, biji kopi biasanya dicuci terlebih dahulu. Saat digiling dalam mesin, biji kopi juga mengalami fermentasi singkat. Metode penggilingan ini cenderung memberikan hasil yang lebih baik dari pada metode pengeringan langsung.

Pemanggangan


Setelah dipisahkan dari cangkangnya, biji kopi telah siap untuk masuk ke dalam proses pemanggangan. Proses ini secara langsung dapat meningatkan cita rasa dan warna dari biji kopi. Secara fisik, perubahan biji kopi terlihat dari pengeringan biji dan penurunan bobot secara keseluruhan. Pori-pori di sekeliling permukaan biji pun akan terlihat lebih jelas. Warna cokelat dari biji kopi juga akan terlihat memekat.

Penggilingan


Pada tahap selanjutnya, biji kopi yang telah kering digiling untuk memperbesar luas permukaan biji kopi. Dengan bertambah luasnya permukaan maka ekstraksi akan menjadi lebih efisien dan cepat. Penggilingan yang baik akan menghasilkan rasa, aroma, dan penampilan yang baik. Hasil penggilingan ini harus segera dimasukkan dalam wadah kedap udara agar tidak terjadi perubahan cita rasa kopi.

Seni perebusan


Perebusan merupakan langkah akhir dari pengolahan biji kopi hingga siap dikonsumsi. Untuk menciptakan minuman kopi yang bercita rasa tinggi, perebusan biji kopi harus dilakukan dengan baik dan sempurna. Terdapat banyak variabel dalam perebusan biji kopi, antara lain komposisi biji kopi dan air, ukuran partikel, suhu air yang dipakai, metode, dan waktu perebusan.

Kesalahan kecil dalam perebusan kopi dapat menyebabkan penurunan cita rasa. Sebagai contoh, perebusan yang terlalu lama biasanya akan menimbulkan rasa kopi yang terlalu pahit. Oleh karena itu, bukanlah hal yang mudah untuk menyajikan kopi yang baik.


2.2. Teh

Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.

Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan Jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.

Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan kenikmatan tersendiri dari teh.

Teh bunga dengan campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati atau teh wangi melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesia. Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar nomor lima di dunia.

Teh dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh (Camellia sinensis) segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan setelah dipetik. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan.

Pengolahan daun teh sering disebut sebagai "fermentasi" walaupun sebenarnya penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak ada etanol yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik.

Pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:

  1. Teh putih

Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer.

  1. Teh hijau
Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).

  1. Oolong
Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan waktu 2-3 hari.

  1. Teh hitam atau teh merah
Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara hanzi untuk teh dalam bahasa Jepang adalah "teh merah" karena air teh sebenarnya berwarna merah. Orang Barat menyebutnya sebagai "teh hitam" karena daun teh berwarna hitam.

Di Afrika Selatan, "teh merah" adalah sebutan untuk teh rooibos yang termasuk golongan teh herbal. Teh hitam masih dibagi menjadi 2 jenis: Ortodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh Crush, Tear, Curl yang berkembang sejak tahun 1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur). Teh jenis Ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pasca produksi sesuai standar Orange Pekoe.

  1. Pu-erh (Póu léi dalam bahasa Kantonis)
Teh pu-erh terdiri dari dua jenis: "mentah" dan "matang." Teh pu-erh yang masih "mentah" bisa langsung digunakan untuk dibuat teh atau disimpan beberapa waktu hingga "matang". Selama penyimpanan, teh pu-erh mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh pu-erh "matang" dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara artifisial supaya menyerupai rasa teh pu-erh "mentah" yang telah lama disimpan dan mengalami proses penuaan alami. Teh pu-erh "matang" dibuat dengan mengontrol kelembaban dan temperatur daun teh mirip dengan proses pengomposan. Teh pu-erh biasanya dijual dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti batu bata, piring kecil atau mangkuk. Teh pu-erh dipres agar proses oksidasi tahap kedua bisa berjalan, karena teh pu-erh yang tidak dipres tidak akan mengalami proses pematangan. Semakin lama disimpan, aroma teh pu-erh menjadi semakin enak. Teh pu-erh yang masih "mentah" kadang-kadang disimpan sampai 30 tahun bahkan 50 tahun supaya matang. Pakar bidang teh dan penggemar teh belum menemui kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal. Penyimpanan selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh pu-erh bisa saja diminum setelah disimpan kurang dari setahun. Minuman teh pu-erh dibuat dengan merebus daun teh pu-erh di dalam air mendidih seringkali hingga lima menit. Orang Tibet mempunyai kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega dari lemak yak, gula dan garam.

  1. Teh kuning
Sebutan untuk teh berkualitas tinggi yang disajikan di istana kaisar atau teh yang berasal dari daun teh yang diolah seperti teh hijau tapi dengan proses pengeringan yang lebih lambat.

  1. Kukicha
Teh kualitas rendah dari campuran tangkai daun dan daun teh yang sudah tua hasil pemetikan kedua, dan digongseng di atas wajan.

  1. Genmaicha
Teh hijau bercampur berondong dari beras yang belum disosoh, beraroma harum dan sangat populer di Jepang.

  1. Teh bunga
Teh hijau atau teh hitam yang diproses atau dicampur dengan bunga. Teh bunga yang paling populer adalah teh melati (H­eung Pín dalam bahasa Kantonis, Hua Chá dalam bahasa Tionghoa) yang merupakan campuran teh hijau atau teh oolong yang dicampur bunga melati. Bunga-bunga lain yang sering dijadikan campuran teh adalah mawar, seroja, leci dan seruni.

2.3. Pengolahan lahan

Lahan yang baru dibuka atau lahan yang akan digunakan diolah terlebih dahulu. Pengolahan lahan adalah setiap manipulasi mekanis terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman atau menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam. Pengolahan tanah juga merupakan  semua pekerjaan pendahuluan sebelum tanam untuk membuat tanah dalam keadaan yang sebaik-baiknya guna pertumbuhan perakaran sampai dengan keadaan siap ditanami.

Pengolahan tanah bertujuan menyediakan lahan agar siap bagi kehidupan tanaman dengan meningkatkan kondisi fisik tanah. Karena tanah merupakan faktor lingkungan yang mempunyai hubungan timbal balik dengan tanaman yang tumbuh padanya.

Pelaksanaan pengolahan tanah pada prinsipnya adalah tindakan pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Struktur tanah yang semula padat diubah menjadi gembur, sehingga sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Bagi lahan basah sasaran yang ingin dicapai adalah lumpur halus, yang sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Alat pengolahan tanah mulai yang tradisional sampai modern (mekanisasi).

Tujuan utama pengolahan tanah adalah menyediakan media tumbuh yang baik untuk kelangsungan hidup tanaman. Disamping itu juga pengolahan tanah dapat membantu memperbaiki drainase agar air mudah dialirkan, mengeluarkan racun dalam tanah dengan cara membalik tanah sehingga terjadi penguapan dan membunuh atau memotong siklus hidup gulma. Agar pengolahan tanah dapat memenuhi hal tersebut, perlu diperhatikan beberapa hal sebelum kita mengolah tanah.

1. Metode Pengolahan Tanah

            Terdapat beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk melakukan pengolahan tanah. Metode-metode tersebut adalah :

a. Metode Pengolahan Tanah Konvensional

Metode ini adalah merupakan metode pengolahan tanah yang meliputi pengolahan tanah pertama (pembajakan) dan pengolahan tanah kedua (penggaruan). Tujuannya adalah untuk mempersiapkan tempat tumbuh tanaman yang ideal pada suatu lahan pertanian. Metode ini biasanya juga diartikan sebagai program pengolahan tanah secara maksimum. Pengolahan tanah secara konvensional terdiri dari operasi-operasi sebegai berikut :

  • Pembajakan
  • Penggaruan (satu kali atau dua kali)
  • Penyiangan (satu kali atau dua kali)
  • Penanaman atau pemupukan
  • Penyemprotan dengan bahan herbisida

b. Metode Pengolahan Konservasi

Metode ini adalah metode pengolahan tanah yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya kehilangan tanah atau air pada lahan yang akan ditanami. Metode ini merupaka metode yang baru dikenal, operasi-operasinya sama dengan metode konvensial, hanya saja masalah konservasi (pengawetan) tanah lebih diutamakan utuk ditanggulangi dengan jalan mengatur cara pengoperasian alat.

c. Metode Pengolahan Tanah Minimum

Pengolahan tanah minimum (Minimum Tillage) adalah pengolahan tanah yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa melakukan pengolahan tanah pada seluruh areal lahan. Manfaat :

  • Mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan aliran pemukaan
  • Mengamankan dan memelihara produktifitas tanah agar tercapai suatu  produksi  yang setinggi-tingginya dalam waktu yang tidak terbatas.
  • Meningkatkan produksi lahan usahatani.
  • Menghemat biaya pengolahan tanah, waktu dan tenaga kerja.

d. Metode Tanpa pengolahan

            Metode ini lebih dikenal dengan istilah non-tillage, adalah merupakan suatu cara pengolahan tanah, diamana tidak dilakukan pembajakan pada tanah semenjak awal penanaman. Benih ditanam dalam satu kali operasi alat dan selama pertumbuhan hingga pemanenan, tidak dilakukan pengolahan tanah.

Pembuatan bedengan atau alur pada pengolahan tanah bertujuan sebagai tempat tumbuh tanaman dan mengatur jalannya air. Dengan bedengan jumlah tanaman bisa dikontrol dan pemeliharaan lebih mudah. Kemiringan lahan perlu dijadikan acuan dalam menentukan arah bedengan, hal ini bertujuan agar drainase bisa lancar. Alat untuk membuat bedengan berupa kair atau pada umumnya dilakukan secara manual (mengunakan cangkul, lempak dll). Setelah memperhatikan faktor-faktor sebelum pengolahan tanah dan menentukan perlakuan apa yang cocok untuk lahan dan tanaman, ada satu hal yang sangat penting dipertimbangkan, yaitu biaya.

Biaya pengolahan tanah bisa mencapai 20 % sampai 50 % dari biaya pemeliharaan. Pengolahan tanah yang sempurna tentu lebih menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Tetapi jangan sampai penambahan perlakuan pengolahan tanah menjadikan biaya produksi melambung.

BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Adapun waktu diadakannya kunjungan lapangan (fieldtrip) ini adalah tanggal 27-29   Mei 2010 di Kota Pagar Alam. Rincian tempat yang dikunjungi yaitu sebagai berikut.

  1. Penyangraian kopi Pak Endi dan pengeringan kopi Pak Alfian di Jarai, tanggal 28 Mei 2010 pukul 08.00-11.30 WIB.
  2. Pengolahan Lahan Pak Arno di desa Tanjung Agung, tanggal 28 Mei 2010 pukul 12.30-16.00 WIB.
  3. Pabrik teh PTPN VII ( PT Perkebunan Nusantara VII ), tanggal 29 Mei 2010 pukul 08.00-10.30 WIB.
3.2  Alat
  1. Alat yang digunakan pada penyangraian kopi adalah mesin penyangrai kopi dan alat pengeringan kopi digunakan mesin pengering kopi.
  2. Alat yang digunakan pada pengolahan lahan adalah traktor tangan.
  3. Alat yang digunakan pada pengolaha teh adalah mesin-mesin pengolahan teh di PTPN VII.

3.3 Cara Kerja
            Cara kerja pengolahan lahan yaitu tiap-tiap praktikan harus mengoperasikan traktor dan menjalankannya dengan pola pengolahan lahan yang dikehendaki. Cara mengoperasikan traktor tangan yaitu sebagai berikut.

1.      Hal yang pertama dilakukan yaitu tuas kopling utama diposisikan “OFF” atau “rem”, sehingga traktor tidak berjalan pada saat dihidupkan

2.      Untuk keamanan, semua tuas persneleng pada posisi netral.

3.      Buka kran bahan bakar, sehingga terjadi aliran bahan bakar ke ruang pembakaran

4.      Gas dibesarkan pada posisi “start”, sehingga ada aliran bahan bakar (solar) yang cukup banyak di ruang pembakaran.

5.      Tuas dekompresi ditarik dengan tangan kiri, untuk menghilangkan tekanan di ruang pembakaran pada saat engkol diputar.

6.      Engkol dimasukkan ke poros engkol, lalu putar engkol searah jarum jam beberapa kali, agar oli pelumas dapat mengalir ke atas melumasi bagian-bagian traktor.

7.      Percepat putaran engkol, sehingga akan menghasilkan cukup tenaga untuk menghidupkan motor.

8.      Lepaskan tuas dekompresi, untuk menghasilkan tekanan, sementara engkol masih tetap diputar sampai motor hidup.

9.      Setelah motor hidup, engkol akan terlepas sendiri dari poros engkol. Hal ini disebabkan bentuk pengait engkol yang miring.

10.  Geser posisi tuas gas pada posisi “idle” atau stasioner.

11.  Hidupkan motor tanpa beban kurang lebih selama 2-3 menit, agar proses pelumasan dapat berjalan dengan baik.

12.  Traktor siap untuk dioperasikan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengolahan kopi

            Pada kunjungan lapangan ini, kami mengunjungi dua tempat pengolahan kopi, yaitu penyangraian kopi Pak Endi dan pengeringan kopi Pak Alfian. Di tempat penyangraian kopi Pak Endi, kami melihat proses penyangraian kopi menggunakan alat penyangrai kopi. Alat tersebut berbentuk drum yang berputar. Tenaga pemutarnya menggunakan mesin yang menggunakan bahan bakar solar. Dibawah drum tersebut ada api yang kecil. Tujuan api tersebut kecil adalah agar kopi yang disangrai masak di kulit dan juga bagian dalamnya. Jika api yang digunakan besar, maka kopi yang disangrai hanya akan masak dibagian kulitnya saja, sedangkan bagian dalamnya tidak.

Proses awal yang harus dilakukan sebelum penyangraian, yaitu kopi dicuci dan ditiriskan selama 12 jam. Setelah ditiriskan, kopi tersebut dimasukkan ke penggorengan. Lama proses penggorengan atau penyangraian ini adalah 3 jam. Setelah 3 jam, kopi tersebut dimasukkankedalam bak khusus yang terbuat dari kayu. Pada aat dikeluarkan, mengepul asap putih dari kopi tersebut. Setelah berada didalam bak, kopi segera diaduk menggunakan pengaduk. Tujuan pengadukan ini adalah agar kopi tidak gosong. Kalau tidak diaduk, maka kopi akan gosong dan mengurangi mutu kopi tersebut.

            Setelah dingin, kopi tersebut akan mengalami penggilingan. Penggiliningan kopi harus menunggu kopi dingin terlebih dahulu. Ini disebabkan karena jika kopi yang kita giling masih panas, maka kopi tersebut akan menggumpal dan mengurangi kualitas kopi.

            Alat ini dapat memproses kopi sebanyak 200 kg setiap harinya. Alat penyangrai kopi ini dapat diigunakan selama 3-4 tahun, sesuai dengan penggunaan alat tersebut.

Beralih ke pemasaran dan penjualan produk. Penjualan kopi dari alat penyangrai yang dimiliki oleh Pak Endi telah mencapai Bengkulu dan Yogyakarta. Harga bahan baku, yaitu biji kopi yang Pak Endi beli dari petani kopi adalah Rp.13.000,-/kg. Sedangkan ketika setelah digiling, harganya mencapai Rp.30.000,-/kg.

4.2. Pengolahan lahan
Pengolahan lahan dilakukan di Desa Tanjung Agung, Kabupaten Lahat. Sawah yang diolah dilakukan di sawah milik Pak Arno. Alat yang digunakan yaitu traktor tangan beserta bajaknya. Pada pengolahan ini, semua praktikan harus mampu mengoperasikan traktor dan menjalankannya. Sebagian praktikan telah mampu menggunakan traktor tangan tersebut, dan ada juga yang masih belum sepenuhnya menguasai cara menjalankan traktor.
Sawah tersebut dipersiapkan untuk menanam padi. Adapun             cara membudidayakan padi adalah :
Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha, memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan. Dalam sejarah hidup manusia dari tahun ketahun mengalami perubahan yang diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok. Hal ini dibuktikan dibeberapa daerah yang semula makanan pokoknya ketela, sagu, jagung akhimya beralih makan nasi.

Nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan, enak dan nilai energi yang terkandung didalamnya cukup tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan.

Sejarah tanaman padi

Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat.

Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika.

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain.

Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi.

Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 calori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. Disamping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya.

Syarat tumbuh

            Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl.

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7.

Bercocok tanam padi

            Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi-tinginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka, tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Tanaman yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang oleh hama dan penyakit, tidak mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan tanaman subur ialah tanaman yang pertumbuhan clan perkembangannya tidak terhambat, entah oleh kondisi biji atau kondisi lingkungan.

Padi sawah

Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi.

1.      Persemaian

Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.

a.
Penggunaan benih
- Benih unggul
- Bersertifikat
- Kebutuhan benih 25 -30 kg / ha
b.
Persiapan lahan untuk persemaian
- Tanah harus subur
- Cahaya matahari
- Pengairan
- Pengawasan
c.
Pengolahan tanah calon persemaian
- Persemaian kering
- Persemaian basah
- Persemaian sistem dapog
Persemaian Kering
Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus dilakukan dengan baik yaitu :
-
Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami yang masih tertinggal, agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit.
-
Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang dilakukan pada persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat memasuki tanah lebih dalam, sehingga dapat menyerap hara lebih banyak.
-
Selanjutnya tanah digaru
Areal persemaian yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan cangkul, yang pada dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, agar tanah menjadi gembur.
Ukuran bedengan persemaian :
-
Panjang bedengan
:
500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjag
-
Lebar bedengan
:
100 -150 cm
-
Tinggi bedengan
:
20 -30 cm
Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran lebar 30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :
-
Penaburan benih dan pencabutan bibit
-
Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi :
¬ Penyiangan
¬ Pengairan
¬ Pemupukan
¬ Pemberantasan hama dan penyakit
Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan ditanami, penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian basah.
Persemaian Basah
Perbedaan antara persemaian kering dan basah terletak pada penggunaan air. Persemaian basah, sejak awal pengolahan tanah telah membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air:
- Air akan melunakan tanah
- Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )
- Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga pernsak bibit
Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi lunak, tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2 kali. Namun sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang terlebih dahulu, kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian yang digunakan 1/20 dari areal pertanaman yang akan ditanami.
Sistem Dapog
Di Filipina telah dikenal cara penyemaian dengan sistem dapog, sistem tersebut di Kabupaten Bantul telah dipraktekan di Desa Pendowoharjo, Sewon.
Cara penyemaian dengan sistem dapog :
-
Persiapan persemaian seperti pada persemaian basah
-
Petak yang akan ditebari benih ditutup dengan daun pisang
-
Kemudian benih ditebarkan diatas daun pisang, sehingga pertumbuhan benih dapat menyerap makanan dari putik lembaga
-
Setiap hari daun pisang ditekan sedikit demi sedikit kebawah
-
Air dimasukan sedikit demi sedikit hingga cukup sampai hari ke 4
-
Pada umur 10 hari daun pisang digulung dan dipindahkan kepersemaian yang baru atau tempat penanaman disawah
d.
Penaburan benih
Perlakuan sebagai upaya persiapan
Benih terlebih dahulu direndam dalam air dengan maksud :
-
Seleksi terhadap benih yang kurang baik, terapung, melayang harus dibuang
-
Agar terjadi proses tisiologis
 Proses tisiologis berarti terjadinya perubahan didalam benih yang akhimya benih cepat berkecambah. Terserap atau masuknya air kedalam benih akan mempercepat proses tisiologis
Lama perendaman benih
Benih direndam dalam air selama 24 jam, kemudian diperam ( sebelumnya ditiriskan atau dietus )
Lamanya pemeraman
Benih diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut benih berkecambah.
Pelaksanaan menebar benih
Hal- hal yang hams diperhatikan dalam menebar benih adalah :
- Benih telah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm
- Benih tersebar rata
- Kerapatan benih harus sama
e.
Pemeliharaan persemaian
1)
Pengairan

Pada pe
rsemaian secara kering
Pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara mengalirkan air keselokan yang berada diantara bedengan, agar terjadi perembesan sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun dalam hal ini sering kali ditumbuhi oleh tumbuhan pengganggu atau rumput. Air berperan menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman pengganggu / rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya air dan kedalamanya merupakan faktor yang memperngaruhi perkembangan semai, terutama pada pesemaian yang dilakukan secara basah.

Pada pesemaian basah
Pengairan pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai berikut :
-
Bedengan digenangi air selama 24 jam
-
Setelah genangan itu berlangsung selama 24 jam, kemudian air dikurang hingga keadakan macak-macak ( nyemek-nyemek ), kemudian benih mulai bisa disebar.

Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi macak-macak ini, dimaksudkan agar:
Benih yang disebar dapat merata dan mudah melekat ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah.
-
Benih tidak busuk akibat genagan air
-
Memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga proses perkecambahan lebih cepat
-
Benih mendapat sinar matahari secara langsung
Agar benih dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus diatur sesuai dengan keadaan, misalnya : bila akan terjadi hujan maka bedengan perlu digenangi air, agar benih tidak hanyut. Penggenangan air dilakukan lagi pada saat menjelang pemindahan bibit dari pesemaian kelahan pertanaman, untuk memudahkan pencabutan.
2)
Pemupukan dipersemaian
Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar ialah unsur hara makro. Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti Urea, TSP dll diberikan menjelang penyebaran benih dipesemaian, bila perlu diberi zat pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada benih dilakukan menjelang benih disebar.
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap :
  a. Pembersihan
  b. Pencangkulan
  c. Pembajakan
  d. Penggaruan
Penjelasan :
a.
Pembersihan
- Selokan-selokan perlu dibersihkan
- Jerami yang ada perlu dibabat untuk pembuatan kompos
b.
Pencangkulan
Perbaikan pematang dan petak sawah yang sukar dibajak
c.
Membajak
-
Memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah
-
Membalikkan tanah beserta tumbuhan rumput ( jerami ) sehingga akhirnya membusuk.
-
Proses pembusukan dengan bantuan mikro organisme yang ada dalam tanah
d.
Menggaru
-
Meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah
-
Pada saat menggaru sebaiknya sawah dalam keaadan basah
-
Selama digaru saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup agar lumpur tidak hanyut terbawa air keluar
-
Penggaruan yang dilakukan berulang kali akan memberikan keuntungan :
1.
Permukaan tanah menjadi rata
2.
Air yang merembes kebawah menjadi berkurang -Sisa tanaman atau rumput akan terbenam
3.
Penanaman menjadi mudah
4.
Meratakan pembagian pupuk dan pupuk terbenam
Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya adalah :
  a. Persiapan lahan
  b. Umur bibit
  c. Tahap penanaman
a.
Persiapan lahan
Tanah yang sudah diolah dengan cara yang baik, akhirnya siap untuk ditanami bibit padi.
b.
Umur bibit
Bila umur bibit sudah cukup sesuai dengan jenis padi, bib it terse but segera dapat dipindahkan dengan cara mencabut bibit
c.
Tahap penanaman
Tahap penanaman dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu
   1. Memindahkan bibit
   2. Menanam
1)
Memindahkan bibit
Bibit dipesemaian yang telah berumum 17-25 hari ( tergantung jenis padinya, genjah / dalam ) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan.

Syarat -syarat bibit yang siap dipindahkan ke sawah :
-
Bibit telah berumur 17 -25 hari
-
Bibit berdaun 5 -7 helai
-
Batang bagian bawah besar, dan kuat
-
Pertumbuhan bibit seragam ( pada jenis padi yang sama)
-
Bibit tidak terserang hama dan penyakit
Bibit yang berumur lebih dari 25 hari kurang baik, bahkan mungkin telah ada yang mempunyai anakan.
2)
Menanam
Dalam menanam bibit padi, hal- hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Sistim larikan ( cara tanam )
b. Jarak tanam
c. Hubungan tanaman
d. Jumlah tanaman tiap lobang
e. Kedalam menanam bibit
f. Cara menanam
a)
Sistim larikan ( cara tanam )
-
Akan kelihatan rapi
-
Memudahkan pemeliharaan terutama dalam penyiangan
-
Pemupukan, pengendalian hama dan penyakit akan lebih baik dan cepat
-
Dan perlakuan-perlakuan lainnya
-
Kebutuhan bibit / pemakaian benih bisa diketahui dengan mudah
b)
Jarak tanam
Faktor yang ikut menentukan jarak tanam pada tanaman padi, tergantung pada :
- .Jenis tanaman
- Kesuburan tanah
- Ketinggian tempat / musim
-
Jenis tanaman
 Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan. Jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih besar, sebaliknya jenis padi yang memiliki jumlah anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang lebih sempit.
-
Kesuburan tanah
Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan mempengaruhi penentuan jarak tanam, sebab perkembangan akar atau tanaman itu sendiri pada tanah yang subur lebih baik daTi pada perkembangan akar / tanaman pada tanah yang kurang subur. Oleh karena itu jarak tanam yang dibutuhkan pada tanah yang suburpun akan lebih lebar daTi pada jarak tanam padah tanah yang jurang subur.
-
Ketinggian tempat.
 Daerah yang mempunyai ketinggian tertentu seperti daerah pegunungan akan memerlikan jarakn tanam yang lebih rapat dari pada jarak tanam didataran rendah, hal ini berhubungan erat dengan penyediaan air. Tanaman padi varietas unggul memerlukan jarak tanam 20 x 20 cm pada musim kemarau, dan 25 x 25 cm pada musim hujan.
c)
Hubungan tanaman
Hubungan tanaman berkaitan dengan jarak tanam. Hubungan tanaman yang sering diterapkan ialah :
-
Hubungan tanaman bujur sangkar ( segi empat )
-
Hubungan tanaman empat persegi panjang.
-
Hubungan tanaman 2 baris.
d)
Jumlah tanaman ( bibit ) tiap lobang.
Bibit tanaman yang baik sangat menentukan penggunaannya pada setiap lubang. Pemakian bibit tiap lubang antara 2 -3 batang
e)
Kedalaman penanaman bibit
Bibit yang ditanam terlalu dalam / dangkal menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik, kedalam tanaman yang baik 3 -4 cm.
f)
Cara menanam
Penanaman bibit padi diawali dengan menggaris tanah / menggunakan tali pengukur untuk menentukan jarak tanam. Setelah pengukuran jarak tanam selesai dilakukan penanaman padi secara serentak.

            Kembali mengenai traktor, pengolahan lahan kali ini menggunakan traktor tangan yang telah dipasang bajak.

Kapasitas kerja traktor tangan, yaitu :

MERK
ISEKI
MODEL
KAI 711
Dimensi P x L x T (mm)
2435 x 740 x 1000
Ukuran Ban (Dia)
6 – 12 ( 600 )
Roda Pengukur (mm)
240
Kecepatan
Lambat : Maju 1 (km / jam)
2 (km / jam)
3 (km / jam)
Mundur 1 (km / jam)
Cepat : Maju 1 (km / jam)
2 (km / jam)
3 (km / jam)
Mundur 2 (km / jam)
6 Maju dan 2 Mundur
1,2
2,5
4,5
1,2
3,7
7,5
13,7
3,8
SISTEM TRANSMISI
Cara pemindahan tenaga dari mesin diesel ke poros utama gear box
V - Belt – 2 buah
Kopling Utama
Belt, tension
Transmisi gear box
Memakai gigi sepenuhnya
Kopling kemudi
Tipe Dog – Clutch
Perbandingan Gigi
9.07
Ukuran roda tanah basah (mm)
900
Jarak roda (mm)
440 – 770
ROTARY
Lebar kerja (mm)
660 ( *700)
Jumlah pisau (buah)
18
Kecepatan rotary (rpm)
2
Putaran (rpm)
220 or 300
Sistem penggerak
Di tengah / Center
Berat (kg)
307


Spesifikasi diesel :

MERK
MITSUBISHI
MODEL
DI - 900
DI – 1100
Kapasitas isi silinder ( cc )
474
547
Tenaga konstan ( HP/ rpm)
8 / 2200
10 / 2200
Tenaga maximum ( HP/ rpm)
9 / 2400
11 / 2400
Kapasitas solar ( Liter)
8.3
8.3
Berat (kg)
83
87

Model  : G 1000 BOXER, RD 85 DI – 2T (KUBOTA)
Spesifikasi :

Kecepatan                      : 1 Kecepatan maju
Sistem Transmisi  
        : Kombinasi ( Gear-Chain )
Gear Case  
                    : Casting dual part system
Sistem penggerak    
       : V-belt ( 2 buah ) & Tension
Sistem pembelok 
           : Dog Clutch ( 4 buah ) Besar
Isi Minyak pelumas
       : 5,5 – 6,5 liter
   * Panjang   : 2.750 – 2.775 mm
   * Lebar    : 1.130 – 1.145 mm

Dimensi Traktor dengan Roda besi
   * Tinggi   : 1.390 – 1.395
   * Berat  tanpa Diesel  : 212 – 215 Kg
   * Berat Dengan Diesel : 302 – 307 Kg
Kapasitas diesel 8,5 – 9 HP dengan Bajak singkal tungkal
   * Lahan Sawah  : ±  11,6 Jam / Ha
   * Lahan Kering  : ±  11,8 Jam / Ha


Motor penggerak

Jenis Motor Diesel   : 1 Silinder Horisontal (4 langkah)
Tenaga rata – rata (HP/RPM ) : 7,5/2200 – 8,0/2205
Tenaga maksimum (HP/RPM) : 8,5/2200-9.0/2205
   Bahan Bakar    : Solar
Sitem Starting    : Engkol
Simtem pengabutan   : Direct Injection
Sistem pendingin   : Air dengan Radiator
Isi bahan bakar   : 9,8 – 12.0 Liter
Isi minyak pelumas   : 2.4 – 3.0 Liter
Berat     : 90-95 Kg
Sistem pengaturan lampu  : IC regulator
.

4.3. Pengolahan Teh

            Kunjungan ke pabrik pengolahan teh di PTPN VII kota Pagar Alam merupakan kunjungan yang menyenangkan. Didalam pabrik ini terdapat alat dan mesin pengolah teh berukuran besar.

Dengan luas perkebunan teh 1.478 hektar, PTPN VII rata-rata menghasilkan 40 ton teh pucuk basah setiap hari dan cenderung terus meningkat. Dalam setahun, produk teh Gunung Dempo rata-rata mencapai 14.000- 17.000 ton teh pucuk basah atau setara 3.600-4.250 ton teh kering.

PTPN VII didirikan pada masa penjajahan Belanda pada tahun 1929, dan telah mengalami tiga kali renovasi dari bangunan sampai alat-alat produksinya tapi tanpa mengubah struktur dasar bangunan.

Selain jaringan penjualan yang sulit, promosi dan kebanggaan penggunaan teh itu juga sangat kurang. Bahkan, di Pagar Alam sendiri, hotel-hotel maupun kantor pemerintahan cenderung menggunakan teh merek pabrikan nasional walau daerahnya sendiri adalah penghasil teh.

Teh Gunung Dempo berkualitas baik karena menghadap sinar matahari pagi langsung menghadap ke timur). Sinar matahari selama pukul 07.00- 10.00 membuat proses fotosintesis atau pembakaran zat hijau daun daun teh berlangsung sempurna. Selain itu, posisi ketinggian teh Gunung Dempo juga paling sesuai, yaitu berkisar 1.000- 1.200 meter di atas permukaan laut. Jika terlalu tinggi, warna teh akan lebih pekat. Jika terlalu rendah, rasa dan aromanya berkurang.

Teh merupakan salah satu komoditi tanaman bonsai yang diambil pucuk segarnya. Tapi dalam pengolahannya yang banyak diambil adalah pemetikan medium karena kualitas yang dihasilkan lebih baik dari yang kasar. Dari pemetikan medium itu dihasilkan produk teh hijau dan teh hitam. Sedangkan yang diproduksi oleh PTPN VII adalah teh hitam. Ini berasal dari bahan yang sama tetapi dalam memproduksinya yang berbeda.

Tanaman teh yang lebih tinggi dan tidak terkena sinar matahari langsung membuat daun teh mudah terkena kabut dan air yang menempel di daun susah hilang. Akibatnya, daun teh rentan terkena cacar daun yang akan mengurangi kualitas daun tehnya.

Untuk mendapatkan teh kualitas terbaik,daun teh yang diambil adalah mulai dari batang ujung yang belum membuka yang disebut peko, hingga tiga daun setelah peko. Setelah menjalani proses pelayuan, penggilingan, oksidasi, pengeringan, dan pemilahan, dari teh yang dihasilkan diperoleh 16 jenis teh dengan kualitas yang berbeda satu dengan lainnya.

Teh yang dipetik dari kebun harus dijaga dengan hati – hati untuk menjaga agar kandungan yang ada dalam the tidak teroksidasi kenudian melalui proses pelayuan selama 16 jam dengan suhu sekitar 27º menggunakan angin setelah proses pelayuan kemudian didistribusikan untuk proses penggilingan dan penggulungan kurang lebih 30 menit.

Pada pengolahan dan pembuatan teh dilakukan proses-proses sebagai berikut.

1.  Penyediaan pucuk daun segar

      Mutu teh hitam hasil pengolahan terutama ditentukan oleh bahan bakunya, yaitu daun segar hasil petikan, dan akan mudah dicapai apabila bahan segarnya bermutu baik. Pucuk yang bermutu adalah daun muda yang utuh, segar dan berwarna kehijauan.

2.  Pelayuan (Withering)

      Pada tahap ini terdiri dari beberapa langkah :

a.  Pembeberan pucuk

Pucuk disebar sampai palung penuh dengan ketebalan ± 30 cm, dan udara segar segera dialirkan untuk menghilangkan panas dan air pada pucuk dengan pintu palung terbuka. Setiap selesai membeberkan pucuk dalam satu palung, pintu palung ditutup dan udara terus dialirkan. Pucuk yang melalui proses pelayuan adlah pucuk yang dihasilkan dari petikan hari sebelumnya karena proses pelayuan membutuhkan waktu yang lama, tetapi tergantung pada cuaca hari tersebut, apabila dimusim kemarau proses pelayuan berkisar antara 12 jam. Pada proses pelayuan dilakukan pembalikan secara manual untuk memecah gumpalan karena teh disimpan dalam karung dalam waktu yang lama.

b.  Pengaturan udara

Udara yang baik untuk digunakan dalam proses pelayuan adaah udara yang bersih dengan kelembaban rendah (60% - 75%), suhu tidak melebihi 280 C, dan volume yang cukup sesuai dengan kapasitas palung. Untuk memperoleh suhu udara yang diharapkan, diperlukan mesin pemanas (heat exchanger).

c.  Kapasitas palung pelayuan

Berdasarkan luas hamparan, palung pelayuan dapat menampung 20-35 kg pucuk segar.

d.  Tingkat pucuk layu

Tingkat layu pucuk dinyatakan dalam bentuk persentase layu dan derajat layu. Tingkat layu pucuk yang baik adalah 44% - 46% dengan toleransi perbedaan dari hari ke hari tidak lebih dari 2% - 3%, disertai dengan hasil layu yang rata.

e. Lama pelayuan

Lama pelayuan berkisar antara 14 – 18 jam. Tetapi juga tergantung pada cuaca hari tersebut.

2.  Penggulungan, Penggilingan, dan Sortasi Basah

a.  Penggulungan (Rolling)

Secara fisik daun yang digulung akan memudahkan tergiling dalam proses penggilingan. Alat yang digunakan dalam penggulungan adalah Open Top Roller (OTR) dengan lama penggulungan 30 – 40 menit. Jenis alat lain yang sering digunakan adalah Baruah Continous Tea atau Barbara Conditiner Roller.

b.  Penggilingan

Dengan penggilingan, gulungan akan tergiling menjadi partikel kecil, sesuai dengan yang dikehendaki konsumen. Pada penggilingan, cairan sel keluar maksimal, dan dihasilkan bubuk basah sebanyak-banyaknya. Dari hasil penggilingan dihasilkan 4 jenis bubuk yaitu bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3, bubuk 4, dan juga Badag.

c.  Sortasi Bubuk Basah

Bertujuan untuk memperoleh bubuk yang seragam, memudahkan sortasi kering, serta memudahkan pengaturan proses pengeringan. Mesin yang digunakan adalah Rotary Ball Breaker yang memasang ayakan dengan mesh (jumlah lubang per inchi) berbeda dengan jenis bubuk yang diinginkan.

3. Fermentasi

   Fermentasi dipengaruhi oleh kadar air dalam bahan (hasil sortasi basah), suhu dan kelembaban relatif, kadar enzim, jenis bahan, dan ketersediaan oksigen. Kondisi ini harus tetap dijaga mengingat teh merupakan tanaman hidroskopis. Selain itu ruangan harus tetap steril. Fungsi proses fermentasi adalah untuk pembentukan aroma dan warna. Suhu fermentasi adalah 26,7°.

Lama Fermentasi = Bubuk I   = 140 menit

                    Bubuk II  = 140 menit

                    Bubuk III = 140 menit

                    Bubuk IV = langsung (tidak difermentasi)

                    Badag       = langsung (tidak difermentasi)

4.  Pengeringan (Bad Dryer)

Setelah proses fermentasi kadar air menjadi 3 – 4 % untuk membuat the menjadi awet dilakukan proses pengeringan setelah proses fermentasi. 

  Selama proses pengeringan diperlukan waktu selama 23 menit. Selama 23 menit itu teh sudah kering. Dan setelah itu, teh dipanggang diatas oven supaya benar-benar kering. Dengan suhu antara 20-25o C. Karena membutuhkan kadar air yang maksimum 4%, dan tidak boleh terlalu kering sebab membuat mutu dari teh tersebut akan berkurang. Mesin pengering yang digunakan di PTPN VII Pagar Alam adalah tipe Fluid Bed Dryer (FBD). Setelah proses pengeringan ketahanan teh bisa mencapai 2 – 3 tahun.

Pengeringan             Lama                   Kapasitas/jam

1. TSD A                22 menit                          200 kg

2. TSD B                23 menit                        250 kg

3. TSD C                22 menit                        250 kg  

4. FBD                    18 menit                       350 kg

5. Sipoco                 23 menit                          150 kg

5.  Sortasi Kering

      Setelah melalui proses pengeringan maka akan menghasilkan pemisahan penggilingan yang kasar, halus, kering, dan terlalu kering. Selain pemisahan tersebut juga ada pemisahan yang berdasarkan berat jenisukuran, dan bentuk

Alat yang digunakan pada proses sortasi yaitu :

1.      Sortir

2.      Medie

3.      Vibro

4.      Cutter

5.      Breeder

Proses sortasi selalu diamati setiap jam sehari, terutama pada teh haiting. Untuk pengambilan sampel pada uji perasa digunakan uji organoleptik yaitu pengeringan sortasi. Pengujian mutu teh juga dilakukan melalui uji organoleptik, analisa warna, rasa, aroma, dan air seduhan. Teh yang baik dimulai dari petikan yang baik.

Analisa warna diuji melalui warna teh yang sudah diseduh apakah jernih atau tidak. Rasanya apakah enak atau tidak, ini akan dirasa oleh seorang tester yang sudah berpengalaman. Aromanya apakah wangi atau tidak. Dan air seduhan dilihat apakah jernih atau tidak. Serta dilihat dari ampas teh tersebut.

   Pemisahan bubuk teh menjadi bebrapa grade. Grade-grade yang dihasilkan antara lain:

a.   BOP (Broken Orange Pecko), bagian silver tip atau tulang daun tua.

b.  BOPF ( Broken \orange Pecko Fenisis)

c.   PF ( Pecko Fennis)

d.  Dust

e.   BD (Broken Dust)

f.   BT( Broken Tea)            

  1. Packing
Untuk pengepakan kapasitas perjam 22-25 unit. Dengan pengepakan yang berdasarkan mutu high quality yaitu antioksidan, anti kolestrol, dan jantung. Pengepakan dilakukan setiap jam agar dapat dihitung kualitas dan kuantitasnya. Teh dibungkus dengan aluminium foil atau degan kertas untuk teh celup.

Dalam pengepakan dilihat dari segi mutu. Mutu dapat dilihat dari tabel berikut ini :

MUTU I
MUTU II
BOP
BP II
BOP
BT II
BOPT
PF II
PF
DUST II
DUST
DUST III
BD
LOKAL (OFF GRADE)
BT
BOHEA

            Dalam proses pembuatan teh dihasilkan 13 grade 1 grade untuk diexport keluar negeri khususnya eropa dan arab saudi dan 12 grade dijual kepasar lokal ciri khas teh  hitam dempo :

1.  Outdoor Quality ; warna, penampilan dan tekstur yang baik.

2.  Inter Quality; bau dan rasa yang khas.

            Teh merupakan tanaman Hidrokopis yang peka terhdap udara luar, faktor yang mempengaruhinya adalah :

1.      Relatif Humidity atau kelembaban Rh untuk kelayuan kecil dari 5% sedangkan untuk penggilungan Rh nya 95%.

2.  Temperatur atau suhu

3.  Waktu.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang saya dapatkan dari kunjungan lapangan ini adalah :

1.      Kopi yang disangrai harus menggunakan api kecil, agar masaknya merata, baik di kulit maupun di bagian dalam biji kopi.

2.      Pengeringan kopi dilakukan dengan menggunakan alat pengering kopi dengan memakan waktu 2 jam.

3.      Kopi yang baik mengandung kadar air yang sedikit.

4.      Pengolahan tanah menggunakan traktor lebih efektif dibanding menggunakan cangkul. Ini berarti bahwa menggunakan teknologi dalam pertanian akan membuat pekerjaan lebih mudah dan efisien.

5.      Teh diolah dengan menggunakan alat dan mesin pengolah teh yang ada di PTPN VII dan tanpa menggunakan bahan lain.

5.2.Saran

            Menurut saya, field trip ini waktunya terlalu singkat. Jika lebih lama, maka akan lebih banyak pengetahuan yang didapat dan kebersamaan antar mahasiswa Tekper akan lebih erat.



DAFTAR PUSTAKA


Departemen Pertanian Sumatera Selatan. 1993. Panduan Usaha Tani PIR Perkebunan TEH. Dinas Perkebunan. Sumatera Selatan.

Muljana, W. 1982. Bercocok Tanaman Kopi. Anak Ilmu : semarang.

Najiyati, S, Danarti, 1989. Kopi Budidaya dan Penanganan Pasca Panen. PS. Seri Pertanian : Jakarta.

Reksohadiprojo, S. 1986. Manajemen Pengolahan Pada Perusahaan Perkebunan. BPFE : Yogyakarta.

Sadjad, S. 1985. Empat Belas Tanaman Perkebunan Untuk agro-industri. PN. Balai Pustaka : Jakarta.